Lingkungan

Ombak Tinggi Tidak Menghalangi TNI AL dan Nelayan dalam Misi Membongkar Pagar Laut Tangerang

Waves yang ganas tidak menghalangi upaya Angkatan Laut Indonesia dan nelayan untuk menghancurkan pagar laut di Tangerang, tetapi apa dampaknya bagi ekosistem?

Meskipun ombak besar dan cuaca yang keras, kita melihat Angkatan Laut Indonesia dan nelayan lokal bahu-membahu dengan tekad untuk membongkar pagar laut ilegal di Tangerang. Misi kami dimulai pada tanggal 18 Januari 2025, bertujuan untuk membersihkan 9 kilometer penghalang yang mengganggu area penangkapan ikan vital. Meskipun laut yang tinggi mempersulit usaha kami, kami beradaptasi, menggunakan tank amfibi untuk menavigasi perairan dangkal. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan akses bagi hampir 4.000 nelayan tetapi juga membantu dalam memulihkan ekosistem laut. Kolaborasi kami dengan komunitas lokal adalah kunci keberhasilan misi ini, dan masih banyak lagi arti penting dari upaya ini.

Gambaran Umum Operasi Pembongkaran

Ketika kami memulai operasi pembongkaran di Tangerang pada tanggal 18 Januari 2025, tujuan utama kami sangat jelas: untuk menghapus pagar laut ilegal yang mengganggu area penangkapan ikan vital.

Dengan 750 personel yang berdedikasi dari Angkatan Laut Indonesia, otoritas lokal, dan nelayan, kami bekerja tanpa lelah untuk membongkar 9 kilometer penghalang di tiga lokasi utama, termasuk Tanjung Pasir.

Upaya kolaboratif kami sangat penting, karena kami bermitra dengan nelayan lokal dan agensi seperti PSDKP dan Bakamla untuk berbagi pengetahuan dan teknik.

Meskipun menghadapi kondisi cuaca yang buruk, kami menyesuaikan teknik pembongkaran kami untuk memastikan keselamatan dan efisiensi.

Operasi ini tidak hanya memperkuat komitmen kami untuk mengembalikan akses ke lapangan penangkapan ikan tetapi juga menyoroti kekuatan kesatuan dalam melindungi penghidupan komunitas pesisir kami.

Tantangan yang Dihadapi Selama Upaya

Sementara misi kami untuk membongkar pembatas laut ilegal itu didorong oleh tujuan yang jelas, kami cepat menghadapi serangkaian tantangan yang menguji tekad kami.

Kehadiran beberapa lapis pagar bambu, terutama di Mauk dan Kronjo, mempersulit operasi kami dan menyebabkan penundaan operasional yang signifikan.

Cuaca buruk, dengan hujan lebat dan ombak kuat, memaksa kami untuk sering menyesuaikan jadwal kami.

Dalam kondisi laut yang dangkal dan dinamis, kapal besar terbukti tidak efektif, mendorong kami untuk menggunakan tank amfibi sebagai gantinya.

Selain itu, dasar laut berlumpur yang tidak stabil menghambat peralatan berat, memperpanjang waktu operasional kami.

Kompleksitas struktur pagar tiga lapis di beberapa area membutuhkan waktu dan sumber daya tambahan, menggambarkan sifat menuntut dari misi kami.

Bersama-sama, kami tetap teguh dalam mengatasi rintangan-rintangan tersebut.

Dampak Komunitas dan Lingkungan

Pembongkaran pagar laut ilegal di Tangerang telah memberikan dampak yang mendalam terhadap komunitas dan lingkungan, memberikan manfaat kepada hampir 4.400 pekerja lokal.

Kita telah menyaksikan pemulihan akses ke area perikanan penting bagi sekitar 3.888 nelayan dan 502 pekerja budidaya perairan, langsung meningkatkan mata pencaharian mereka.

Laporan dari komunitas memicu operasi ini, menyoroti efek buruk dari pagar terhadap 16 desa di 6 kecamatan.

Para nelayan mengungkapkan rasa terima kasih, dengan antusias menantikan peluang memancing yang lebih baik dan kondisi ekonomi yang ditingkatkan.

Lebih jauh, penghapusan struktur penghalang ini membantu pelestarian ekosistem laut dengan mengembalikan habitat alami.

Melalui dialog berkelanjutan dengan TNI AL, kami memastikan dukungan dan pemantauan kondisi perikanan, mengamankan masa depan yang berkelanjutan untuk komunitas dan lingkungan kita.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Trending

Exit mobile version