Startup
Hasil Audit Efishery: Gibran Terpeleset ke dalam 4 Poin Data Palsu
Nasib eFishery terancam setelah audit mengungkap empat data palsu Gibran; apa lagi yang tersimpan di balik angka-angka ini? Temukan kebenarannya di sini.

Kami telah menemukan ketidaksesuaian yang signifikan dalam hasil audit eFishery yang menantang klaim Gibran Huzaifah. Pertama, pendapatan internal sebesar Rp2,6 triliun sangat bertentangan dengan klaim eksternal yang dibesar-besarkan sebesar Rp12,3 triliun. Kedua, ia melaporkan 400.000 fasilitas pemberian makan yang berfungsi, sementara hanya ada 24.000 yang benar-benar ada. Ketiga, ada keuntungan sebelum pajak sebesar Rp261 miliar, yang bertentangan dengan kerugian internal sebesar Rp578 miliar. Terakhir, perusahaan telah mencatat kerugian yang berkelanjutan sejak tahun 2021. Apa lagi kebenaran mengejutkan yang tersembunyi di bawah permukaan?
Dalam sebuah pengungkapan yang mengejutkan, audit terhadap eFishery telah menemukan disparitas yang mencengangkan antara laporan keuangan internal dan eksternalnya. Kami telah mengetahui bahwa catatan internal perusahaan menunjukkan angka pendapatan sebesar Rp2,6 triliun untuk periode Januari hingga September 2024, sementara klaim eksternal meningkat menjadi angka yang mengejutkan sebesar Rp12,3 triliun. Disparitas keuangan ini menimbulkan pertanyaan serius tentang integritas pelaporan eFishery dan mendorong kita untuk lebih mendalami transparansi operasional organisasi tersebut.
Lebih lanjut, audit tersebut mengungkapkan situasi yang membingungkan mengenai profitabilitas. Sementara dokumen eksternal eFishery membanggakan laba sebelum pajak sebesar Rp261 miliar, akun internal justru menunjukkan cerita yang sangat berbeda, dengan kerugian besar sebesar Rp578 miliar untuk periode yang sama. Bagaimana mungkin angka-angka yang kontradiktif ini bisa ada dalam perusahaan yang sama? Kontras yang mencolok ini bukan hanya kesalahan kecil; ini menunjukkan masalah sistemik dalam pelaporan keuangan dan akuntabilitas.
Lebih mengejutkan lagi adalah klaim yang dibuat oleh Gibran Huzaifah, yang menyatakan bahwa eFishery mengoperasikan lebih dari 400.000 fasilitas pemberian makan. Namun, setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata hanya sekitar 24.000 fasilitas yang benar-benar beroperasi. Pengungkapan ini tidak hanya menimbulkan keraguan terhadap kredibilitas Gibran tetapi juga menyoroti kekurangan besar dalam transparansi operasional. Jika angka-angka begitu drastis dibesar-besarkan di satu area, apa lagi yang mungkin menyesatkan?
Telah muncul juga tuduhan bahwa Gibran memanipulasi catatan keuangan menggunakan perusahaan cangkang untuk mengembang-embangkan angka pendapatan secara artifisial. Taktik ini, jika benar, dapat menyesatkan investor dan mendistorsi kesehatan keuangan sebenarnya dari eFishery. Investor bergantung pada data yang akurat untuk membuat keputusan yang tepat, dan ketika kepercayaan itu terganggu, ini menimbulkan risiko tidak hanya bagi investasi mereka, tetapi juga bagi pasar yang lebih luas.
Temuan audit menggambarkan gambaran yang mengkhawatirkan, terutama ketika kita mempertimbangkan bahwa eFishery telah mendokumentasikan kerugian berkelanjutan sejak 2021, mencapai puncaknya pada Rp784 miliar pada tahun 2022. Ini bertentangan dengan narasi pertumbuhan laba yang disajikan kepada publik.
Saat kita mempertimbangkan pengungkapan ini, kita harus bertanya pada diri sendiri: bagaimana kita memastikan transparansi operasional di perusahaan seperti eFishery?
Dalam pencarian kita akan kebebasan di pasar, memahami disparitas keuangan ini penting. Kita berhak mengetahui kebenaran di balik angka-angka tersebut, dan sangat penting bagi eFishery untuk mengatasi masalah ini secara langsung untuk memulihkan kepercayaan dengan pemangku kepentingan dan publik.